Tampilkan postingan dengan label Ilustration. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ilustration. Tampilkan semua postingan

2012/10/10

A Sweeter Song

Aku teringat sebuah bagian yang aku baca dari buku "When God Writes Your Love Story - Eric & Leslie Ludy". Di Bab 2 buku ini, Eric Ludy menceritakan salah satu pengalamannya melalui sebuah legenda.
-------------------------------------------------------------
  A Sweet Song Beckons
   Based on Homer's Odyssey)

  Captain Ulysses nampang sebagai seorang figur yang sangat kuat ketika ia berdiri di atas dek kapalnya yang besar. Pancaran sinar matahari sore memantul ketika ia mengemudikan kapalnya dengan penuh keanggunan dan martabat, terlihat begitu hebat!
"Luruskan laju kapal!" teriak Ulysses, memberikan perintah.
Setelah ia memberikan perintah, sang Kapten mengalihkan pandangannya ke sebuah daratan ang terlihat. Entah apakah itu bunyi dari burung camar ataukah bunyi ombak yang mengalihkan konsentrasi Ulysses dari apa yang dihadapi. Aroma petualangan terasa dan tepat seperti yang Ulysses sukai. Namun tiba-tiba suara ketakutan terdengar, mengalihkan perhatiannya.
"Kapten!"
Pemimpin itu langsung mengalihkan pandangannya dan menemukan sang Pelaut yang ketakutan, ia melihat matanya dipenuhi oleh keraguan bercampur ketakutan.
"Kapten!" Pelaut itu berteriak kembali, seluruh wajahnya dipenuhi ketakutan yang teramat sangat.
"Tenanglah!" perintah Ulysses. "Tarik nafas dalam-dalam dan katakan kepadaku ada apa."
Seluruh kru mendengar dan ikut berkumpul untuk mendengarkan pembicaraan yang nampaknya sangat penting itu.
"Uh.. kita... uh.." ia tergagap.
Ulysses mencengkram kerah bajunya, menariknya mendekat, "Ayo katakan. Kalau kau menganggap nyawamu berharga, katakan!"
Drama semakin memuncak ketika salah seorang temannya yang lain mengarahkan telunjuknya dan berkata, "Ada Siren, Pak!"
Wajah Ulysses seketika menegang dan ia menghela napas. Putri Duyung Sirens ada di depan mereka, siap untuk menyanyi dengan suara merdu mereka yang sangat memikat dan mampu menyihir para pelaut untuk mengubah haluan mereka mendekati batu-batu yang besar. Suara nyanyian Sirens itu sangatlah manis dan merdu, sangat memikat dan tidak ada pria normal yang dapat menolak godaan itu. Ulysses harus bertindak cepat--ketika akal sehatnya masih ada.
"Iblis-iblis itu tidak akan bisa mendapatkan kita!" ia berteriak kepada Kru nya yang sudah ketakutan. "Benar sekali! Alunan yang memabukkan itu tidak akan mempengaruhi kita. Tidak akan ada kehancuran kapal bagi kapal kita!"
Namun sekalipun Ulysses telah berusaha mengontrol suara yang begitu mempesona itu, ia merasakan akal sehatnya semakin memudar. Ia mulai tertarik untuk mendengarkan meski hanya sedikit saja alunan suara Sirens yang begitu legendaris itu.
Mungkin kita bisa berputar sedikit dari bebatuan itu, otaknya mulai beralasan. Lalu ia memarahi dirinya sendiri, TIDAK! Alunan musik Sirens telah melakukan hal ini kepada semua Kapten yang lewat. Mereka semua berpikir bahwa mereka dapat mengendalikannya, tetapi pada akhirnya mereka kehilangan akal sehat mereka dan mengikuti suara yang indah itu sampai akhirnya mereka mati menabrak bebatuan, sementara monster-monster itu mengejek mereka dari atas. TIDAK!
Ulysses langsung lari ke bawah supaya semua Kru nya dapat mendengar.
"Kita semua hanyalah pria biasa, tidak akan mampu mengontrol dan menghindari alunan suara Sirens yang begitu menjanjikan kita dengan cinta yang manis. Mereka telah menghancurkan setiap kapal sebelum kita dengan nyanyian mereka, dan setiap kali kapal-kapal itu selalu akan hancur menabrak batu besar tempat dimana Sirens itu duduk. Tapi tidak kali ini, teman-teman. Kita tidak akan jatuh dalam buaian godaan mereka, bahkan, kita tidak akan membiarkan diri kita untuk digoda!"
"Aku mau setiap Pelaut mengambil lilin tawon lebah ini dan mengenakannya pada telinga kalian sehingga kalian tidak bisa mendengar apapun. Dan ikat aku di tiang kapal!"
Semua Kru saling memandang dalam kebingungan.
"Kalian dengar perintahku?" ia berteriak kembali. "Ikat aku di tiang kapal! Ikat aku kuat-kuat!"
Matahari semakin menyengat ketika semua Kru buru-buru melakukan perintah Ulysses. Dan tidak lama kemudian setelah mereka selesai memakaikan lilin tawon lebah ke telinga mereka, nyanyian lagu-lagu indah, penuh cinta ang memikat dari Sirens terdengar di udara. Nyanyian Sirens, dalam segala gairah dan keajaibannya, seperti menyambut kapal yang lewat seperti api yang hangat menyambut tangan yang dingin di musim salju yang dingin.
Semua Kru tidak tahu, kecuali Ulysses yang ketika terikat di tiang kapal, telinganya tidak tertutupi oleh lilin tawon lebah. Darah naik ke kepalanya dalam gairah. "Lepaskan aku!" ia berteriak. "Kumohon lepaskan aku! Aku perintahkan kau, lepaskan tali ini! Kumohon, kumohon..."
Namun semua Kru tidak dapat mendengarnya dan telah diperintahkan untuk tidak membaca bibirnya. Nyanyian itu terdengar semakin keras dan semakin indah, dan Ulysses mulai berteriak-teriak seperti orang gila supaya ada seseorang yang dapat mendengar perintahnya dan mengendalikan kapal mendekati suara yang indah itu, suara yang penuh dengan gairah itu. Mereka melewati berbagai hewan-hewan laut dan melintasi bebatuan tempat Sirens itu duduk dan akhirnya suara mereka pun tidak lagi terdengar.
Ulysses yang begitu kelelahan, wajahnya benar-benar memerah, akhirnya dilepaskan dari talinya.
"Kenapa?" ia bersuara dengan sisa-sisa kekuatannya, "Kenapa sepertinya hal yang paling aku inginkan dalam hidup ini membawaku kepada kehancuran? Kenapa aku harus dihindarkan dari sesuatu yang terasa begitu indah? Tiang kapal inilah penyelamatku dari suara yang manis dan menggoda namun mematikan itu!"
-------------------------------------------------------------

Di kisah ini, Eric Ludy menceritakan pengalamannya. Dan inilah pengalamanku.
Menjadi seorang wanita dalam penantian, tidak berarti masa laluku benar-benar sempurna dan tidak ada yang mampu menarik perhatianku. Sesungguhnya, justru ada banyak pria yang dulu begitu menarik perhatianku. Membuatku begitu tertarik untuk melajukan setirku, dari batu yang satu ke batu yang lain. Seakan semua hal itu begitu menarik, begitu indah dan aku terbawa sendiri oleh setiap anganku.

Namun, selama ini, Tuhan-lah yang menjadi "tiang kapal" yang menjaga aku dari melajukan setirku ke arah sana. Bertahun-tahun, aku seperti Ulysses yang terikat di tiang kapal ini, mati-matian berteriak untuk minta dilepaskan dan ingin menghampiri sendiri suara-suara yang terdengar begitu indah itu. 

Hingga satu hari, Ia juga yang membuatku mengerti sebuah nyanyian yang lebih indah. Dan sejak itulah, Ia melonggarkan tali itu bagiku namun Ia tahu, aku memang akan menjaganya dengan Dia. Seperti kisah perbandingan yang ada ini.
-------------------------------------------------------------
The Sweeter Song

Tidak jauh di belakang Ulysses dan Kru nya, datang juga kapal besar lainnya. Semua pelaut di kapal ini juga menyadari betapa berbahayanya suara Sirens dan batu tempat dimana mereka duduk.
"Kapten Orpheus," orang pertama berteriak, "Suara manis dari Sirens ada di depan."
Dengan pengumuman itu, semua Kru bersorak dan Orpheus tersenyum. Di seluruh kapal, semua pelaut mengeluarkan suara yang penuh dengan semangat. Singkatnya, Orpheus memainkan sebuah alat musik. Dan meskipun suara dari Sirens itu begitu indah dan menggoda, namun Orpheus memainkan musik bagi Kru nya, suara yang jauh lebih indah!
-------------------------------------------------------------

Sampai hari ini, aku merasakan bagaimana Ia yang menjagai dan mengontrol laju setirku, meski aku masih belum mengerti akan Ia bawa kemana ini semua. Mungkin aku mengerti, namun aku belum melihat semua gambaran besarnya secara keseluruhan. Masih ada masa-masa yang Ia inginkan untuk aku nantikan.

Ia yang membuatku mengerti, bahwa lebih dari pria manapun, Dia lah Mempelai Surgawi-ku. Lebih dari pria manapun dapat mencintai, memperhatikan, bersikap manis dan menyenangkanku, Dia lah yang paling memahami aku. Dan Dia, Raja-ku yang begitu mencintaiku, tentu tidak akan membiarkan aku bersama dengan seseorang yang sembarangan. Ia tentu akan mempercayakannya kepada seorang pria yang paling tepat, yang berasal dari Dia. :)

Demikianlah setiap anak-anakNya, begitu berharga bagi Dia. Sehingga Ia tidak akan sembarangan membiarkan kita bersama dengan seseorang.
Lebih indah dari yang bisa kita bayangkan :D
Dan ya, Ia akan membuktikan itu! Kamu akan melihatnya, ketika kamu telah bertemu dengan Dia. Seseorang yang jika dibandingkan dengan siapapun di dunia ini, dia lah yang paling cocok, paling pas dengan kamu. Seseorang yang meski tidaklah sempurna, namun dia lah yang bisa mengasah setiap apa yang ada di dalam dirimu menjadi lebih baik.

Dan akhirnya, sebagai penutup...
"Jika kamu memimpikan sesuatu yang begitu manis dan kekal, namun juga lelah terikat, Tuhan sangat menanti-nantikan dirimu untuk naik ke atas Kapal-NYA sehingga IA bisa memainkan musik yang lebih indah bagimu!" ;)

*Inspired from Book WHEN GOD WRITES YOUR LOVE STORY - Eric & Leslie Ludy

"Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia; semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." -1 Kor 2:9

2012/09/25

Mutiara yang Lebih Besar


Mutiara begitu unik, karena setiap mutiara memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Ada mutiara yang terbentuk lebih besar, cemerlang dengan kualitas yang lebih baik daripada mutiara lainnya. Dan revelation ini aku peroleh saat Mentor-ku mendoakan sesuatu mengenai aku... :)

Tiram di dasar laut ini telah semakin terbiasa dengan pasir-pasir yang masuk dan menumpuk di dalamnya. Dengan cepat zat Nacre akan keluar dan membungkus pasir-pasir itu sehingga terus membentuk mutiara yang sedang terbentuk di dalamnya. Ia mulai bisa nyaman dan tenang menjalani kehidupannya sebagai sebuah tiram. Namun tiba-tiba ombak yang sangat besar menerpa dan membawa pasir yang begitu banyak dan besar sekaligus masuk ke dalam cangkangnya.

Pasir-pasir yang besar dan banyak ini menimbulkan luka baru lagi bagi tiram, bahkan lebih menyakitkan karena sangatlah tidak mudah membungkus semuanya sekaligus. Tetapi hal ini tidak membuat tiram itu berhenti, ia berusaha bertahan dan mengeluarkan lebih banyak zat Nacre dari dalam tubuhnya dan membungkus pasir-pasir itu. Ia terus berjuang untuk bertahan hingga akhirnya pasir-pasir itu berhasil terbungkus.

Hasilnya, dari dalam tubuh tiram itu terbentuk sebuah mutiara yang indah. Namun, mutiara yang ini lebih besar dan memiliki kualitas yang lebih tinggi. Mutiara yang unik dan begitu berharga dihasilkan melalui perjuangan tiram untuk tetap bertahan ketika zat Nacre membungkus pasir-pasir yang besar dan banyak itu.
--------------------------------

Pernahkah di dalam hidupmu, kamu merasakan masa-masa yang begitu berat? Masa-masa yang tidak sampai membuatmu kehilangan kepercayaan kepada Tuhan, tetapi cukup untuk membuatmu berkata, "Aku tidak kuat lagi..." :)

Masa-masa itu bisa dikatakan seperti masa ketika ombak yang besar itu membawa masuk ke dalam tubuh tiram pasir-pasir yang besar dan banyak. Sangat menyakitkan dan begitu sulit untuk bertahan, karena terlalu banyak zat Nacre yang diperlukan untuk membungkus pasir-pasir itu. Namun, di saat itulah tiram akan tetap bertahan.

Seperti seekor burung rajawali, ada masa di dalam hidupnya ketika ia akan mengganti bulu-bulunya yang telah lama. Saat itu, bulu-bulunya akan rontok dari tubuhnya dan itu adalah masa yang sangat kritis di dalam hidupnya. Ia tidak bisa melakukan apa-apa, tidak bisa terbang dan lain-lain. Namun jika ia mampu bertahan di masa itu, bulu-bulunya yang baru akan kembali bertumbuh dan bahkan membuatnya terbang semakin kuat.

Demikianlah di dalam hidup kita, ketika Tuhan mengijinkan badai masalah datang, seakan Ia membawa kita ke padang gurun yang begitu tandus dan sunyi. Saat ia membawa kita, mendidik kita sedemikian rupa. Saat itu terasa begitu sulit dan menyakitkan bagi kita. Namun jangan lupa, seperti zat Nacre yang membungkus pasir itu, AnugerahNya, kasihNya, kekuatan yang datang dari padaNya, yang menguatkan kita. Hingga akhirnya semua yang terjadi di dalam hidup kita itu selesai dan membentuk karakter dan kekuatan kita lebih lagi.

Seperti mutiara yang terbentuk lebih indah, lebih besar dan memiliki kualitas di atas mutiara lainnya, demikianlah saat itu seperti masa percepatan. Kita dipaksa mengalami berkali-kali lipat lebih berat daripada yang biasanya kita alami. Di masa itu, kita mengerti arti dari kita memerlukan Anugrah dan jaminan Tuhan untuk kita dapat tetap bertahan dan percaya akan setiap hal yang Tuhan telah janjikan dan sediakan bagi kita.

Ketika masa itu selesai, itulah yang akan menjadikan kita semakin indah... :)

Menjadi mutiara yang lebih besar dan lebih baik kualitasnya, memiliki karakter yang semakin kuat dan indah di dalam pengharapan kita kepada Tuhan.
GBU ;)


2012/08/19

A Garden Locked Up :)



Sang Raja membawa Princess ke kebun bunga tempat mereka biasanya pergi ke sana. Kebun itu adalah hadiah yang dianugrahkan Raja kepadanya, namun kunci itu dipegang oleh Raja atas seijin Princess, yang di usianya yang ke20 memberikan kunci atas kebun itu kepada Raja.

Dulu, saat Princess menyerahkan dan mempercayakan kunci itu kepada Raja, ia melakukan itu atas saran dari Princess tertua, kakaknya tanpa ia mengerti. Saat ia menyerahkan kunci atas kebun itu, kebun itu sudah jelek, tidak terurus, benar-benar seperti bukan kebun, sepertinya hutan saja masih lebih rapi daripada kebun itu. Itu terjadi karena keteledoran Princess yang membiarkan sembarangan orang masuk ke dalamnya, merusak bunga-bunga indah yang Raja telah tanam disana.

Hari ini, satu setengah tahun setelah Putri menyerahkan kunci itu kepada Raja, kebun itu menjadi semakin indah dan terawat. Tempat itu adalah tempat khusus Princess bertemu dengan Raja, hanya berdua, mendiskusikan banyak hal denganNya. Setiap kali berada di sana, Sang Raja membawa Princess untuk menari bersamaNya, terkadang Princess bersender di pundak Raja ketika ia sedang begitu lelah dengan segala hal.

Saat mereka duduk, Sang Raja menunjukkan kepada Princess beberapa lubang besar berjeruji dari tembok-tembok besar yang mengelilingi taman. Di sana, ada beberapa orang yang mengintip, hendak melihat ke dalam dan bahkan mencari cara untuk masuk ke dalam kebun.

Raja berkata, "Princess, seringkali kamu berusaha untuk menghalau mereka dengan kekuatanmu sendiri, namun sebenarnya kamu tidak akan mampu."

Princess teringat, betapa seringnya ia, dengan sok jagoan dan sok kuatnya, beridiri di depan gerbang dan mencoba menghalau mereka yang mengintip. Namun ujung-ujungnya malah ia yang merengek kepada Raja untuk memberikan kunci dan membiarkan mereka masuk. Memang ada kalanya Raja membawa seseorang masuk ke kebun itu untuk membentuk suatu bagian dari kebun itu, namun seringkali Princess yang tidak mengerti mencoba menahan orang itu dan pada akhirnya saat orang itu harus pergi, ia menjadi kecewa.

Ada kalanya, Princess mencuri-curi ambil kunci itu dan membiarkan seseorang masuk ke dalamnya, dan ternyata orang itu malah mengacaukan taman dan membuat bagian taman itu rusak. Namun setiap kali taman itu dirusak, dengan penuh kesabaran Raja memperbaiki bagian yang rusak itu, bahkan membuatnya menjadi jauh lebih indah daripada sebelumnya.

"Princess, tahukah engkau mengapa selama ini begitu sulit bagimu untuk menjaga kebun ini?" tanya Raja dengan lembut. Princess memandangNya dan menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. "Karena selama ini, engkau hanya berani berdiri di tengah-tengah, diam disana. Saat engkau diam, matamu iseng memandang sekelilingmu dan mulai bingung."

Raja menepuk kepala Princess, "Aku menganugrahkan kepadamu kemampuan untuk mengikutiKu kemana Aku mau melangkah." lalu Raja mengulurkan tongkat otoritasnya dan Princess menyentuh tongkat itu sebagai tanda sepakat.

"Berdirilah di belakangKu, meski mungkin pandanganmu terhalang dan menjadi tidak jelas apa yang ada di depanmu. Nanti, Aku yang akan menentukan, Aku yang akan bicara dengan orang-orang di luar sana satu per satu, hingga tiba saatnya seseorang yang tepat, yang mengerti bagaimana menghargai kebun ini dan mampu merawatnya bersamamu tiba. Pada saat itulah Aku akan bergeser dan pandanganmu akan terbuka untuk melihat siapakah ia yang Aku pilih dan persiapkan bagimu." kata Raja.

"Dan apakah bagianmu? Bagianmu adalah melangkahlah dan ikuti Aku kemanapun Aku pergi. Dan menceritakan pada setiap mereka yang ada di luar sana, apa yang Aku katakan tentang kebun ini dan minta mereka sendiri yang datang langsung kepadaKu." Raja melanjutkan.

Saat itu Princess tertegun, ia hanya dapat diam namun hatinya benar-benar mengerti, rencana seperti apa yang sedang Raja siapkan baginya. :)

-------------------------------------------------------------------------

"You are a garden locked up, my sister, my bride; you are a spring enclosed, a sealed fountain" -Song of Songs 4:12

"A woman's heart should be so hidden in God, that a man has to seek Him just to find her" -Max Lucado

Jbu all precious women


I made this on August 01st 2011

2012/08/15

"She Brings Him Good and Not Harm" -Part 3


Another story about Proverb 31:12 :)
I found this writing.. Hope it will bless you :)

KEPING-KEPING HATI
oleh : Grace Suryani

Untuk seorang Ksatria,

Ksatria, aku tau bahwa kau hidup, kau nyata dan kau ada. Sekalipun bayang-bayangmu belum pernah menerpa hidupku, tapi aku percaya bahwa kau ada karena Tuan kita yang menjanjikannya. Tuanku, dan Tuanmu. Kita hidup dan kita melayani Tuan yang sama. Selama Dia tetap menjadi Tuanmu, dan Dia tetap adalah Tuanku, aku yakin aku akan bertemu denganmu, Ksatria.

Hal pertama yang harus kukatakan kepadamu adalah permohonan maafku. Dahulu Tuan kita menitipkan suatu harta yang sangat mahal, harta yang tak ternilai. Ia titipkan padaku. Ia berkata bahwa harta itu milik-Nya dan suatu hari nanti setelah kau menunaikan tugasmu dengan baik, setelah kau menang dalam peperanganmu, setelah kau membuktikan bahwa dirimu setia dalam segala perkara kepada Tuan kita, harta itu akan dianugerahkan menjadi milikmu. Ia titipkan harta itu padaku. Tapi dahulu, aku memandang rendah harta itu. Aku tau harta itu milik Tuan, dan itu akan dianugerahkan kepadamu, tapi aku bersikap seolah-olah itu milikku.

Aku tidak hanya tidak menjaganya dengan baik (harta itu berkarat dan penuh kotoran) tapi aku betul2 memandang rendah itu sampai aku menjajakannya di pinggir-pinggir jalan. Aku memberikan itu pada setiap orang yang aku suka. Aku bahkan melemparkan harta itu kepada babi-babi dan anjing yang menginjak-injak, meludahi harta itu. Aku menyia-nyiakan harta Tuan kita.

Sampai suatu hari, Tuan kita menegurku, “Dimana harta-Ku yang kutitipkan kepadamu?”

Dan aku memberikan padanya seonggok sampah. Harta itu sudah menjadi tumpukan sampah yang berbau busuk. Tuan kita sampai harus menutup hidung-nya karena sampah itu begitu bau… Ia menegurku, "Tidakkah kau tau, harta itu bukan milikmu? Harta itu milik-Ku dan suatu hari nanti akan Kuberikan pada Ksatria. Kenapa kau tidak menjaganya baik-baik? Apa yang kelak akan kaukatakan ketika Ksatria datang dan meminta hartanya?"

Aku membela diriku, "Apakah ia memang ada? Sudah begitu lama aku hidup, dan suara jejak kakinya pun tidak sampai ke telinggaku. Apakah ia memang ada? Aku pikir ia tidak akan pernah datang, jadi kuhabiskan saja harta itu. Lagipula jika ia datang belum tentu juga ia akan menghargai harta itu. Lihatlah Tuan, aku sudah membagikannya kepada banyak babi, kepada anjing-anjing dan tidak satupun dari mereka yang menghargainya. Babi-babi itu menginjak-injak harta itu. Anjing-anjing meludahinya. Jadi aku pikir ksatria juga akan melakukan hal yang sama. Untung apa aku bersusah payah menjaganya?!"

Waktu itu Tuan kita memandangku dengan tajam, "Harta itu milik-Ku dan Aku akan memberikannya kepada siapa Aku berkenan memberikannya. Harta itu upah yang Aku sediakan bagi Ksatria. Anjing-anjing tidak mengerti harganya, babi-babi apalagi … tapi seorang ksatria tahu menghargai harta Ilahi. Seorang Ksatria tidak hanya tau harga dari harta Ilahi, ia juga tau cara menjaganya. Ketika ia kembali dan meminta harta Ilahi itu, apa yang akan kau katakan kepadanya?"

Ksatria, aku bersalah kepadamu. sungguh. Aku berdosa kepada Tuan kita, dan aku bersalah kepadamu, karena aku tidak menjaga apa yang kelak akan menjadi milikmu. Aku mengira kau tidak akan pernah datang … aku menganggap kau sama dengan babi-babi dan anjing-anjing itu … Aku tidak menghargaimu sama sekali, bahkan dahulu aku berpendapat aku akan memberikan sampah itu kepadamu, kau yang harus bersihkan itu sendiri … bukan aku. Aku tidak mau bertanggung jawab.

Tuan kita bermurah hati kepadaku. Ketika aku mengakui kesalahanku dan aku menyerahkan sampah itu kedalam tangan-Nya, Ia membersihkannya. Kotoran-kotoran itu dibersihkan. Bau itu perlahan-lahan hilang. Harta itu dicuci dengan darah-Nya, tapi Ia berkata kepadaku, "Aku bisa membersihkan kotoran-kotoran yang ada, tapi semua keping yang telah kau berikan kepada orang lain, tidak bisa dikembalikan." Ya, harta itu perlahan-lahan kembali menjadi bersih, tapi tidak lagi lengkap. Kembali menjadi suci tapi tidak lagi sempurna … seperti keadaan semula. Harta itu tidak seutuh dulu ketika Tuan kita menitipkannya kepadaku.

Maafkan aku, Ksatria.

Bertahun-tahun aku membagikan hatiku untuk semua pria yang aku sukai. dan mereka tidak pernah menghargai itu. Mereka menginjak-injaknya. Mereka tidak menghargai itu, karena memang hatiku bukan bagian mereka. Hatiku itu upah yang Tuan kita sediakan khusus untukmu. Itu upahmu. Itu bagianmu. Karena kesalahanku, aku tidak menjaga hatiku baik-baik. Banyak kepahitan yang ada di dalamnya, banyak luka, hatiku busuk dan berbau. Dulu aku tidak peduli, bahkan dulu aku bertekad membawa masuk hati yang busuk kedalam hubungan kita kelak … karena aku begitu memandang rendah kau, Ksatria. Tapi itu dahulu. Ketika aku bertobat, Tuan kita mengubahnya, tapi keeping-keping yang sudah kujajakan dengan percuma, keping-keping yang hilang di mulut babi-babi, keping-keping yang hancur dibawah kaki para anjing, tidak bisa kembali. Keping-keping itu hilang … dan aku sungguh-sungguh menyesal.

Sekarang, aku menyerahkan keping-keping yang tersisa kepada Tuan kita. Aku memeteraikan itu dibawah Nama-Nya. Aku berjanji tidak akan memberikan keping-keping itu lagi kepada siapapun. Aku belajar utk menjaga hatiku, karena aku sadar hatiku bukan milikku, itu milik Tuan kita. Dan suatu saat nanti, itu akan menjadi milikmu.

Ksatria, dimanapun kau berada, berperanglah dengan setia. Bawalah pulang kemenangan-kemenangan yang mulia untuk Tuan kita. Kau tidak perlu tergesa-gesa atau menujukan matamu kepada upah itu. Tujukan matamu kepada Tuan kita dan tujukan tanganmu kepada peperanganmu. Ingat, Tuan kita tidak akan memberikan upah itu kepadamu, sampai kau menggenapi bagianmu. Dan jangan kuatir, selama engkau setia Tuan kita juga tidak akan memberikan upahmu kepada orang lain. Aku berjanji akan menjaga hartamu selama kau berperang. Tidak lagi akan ada babi dan anjing yang mengotori hartamu. Bertempurlah dengan setia, dan kelak Tuan kita yang melihat semua kesetiaanmu, semua jerih lelahmu akan memandang kau layak untuk menerima kehormatan yang lebih besar. Ia akan memberikan tanggung jawab yang lebih besar kepadamu, memiliki dan merawat harta milik-Nya, hatiku.

Your (future) queen
Jakarta, 29 Juli 2004

“Siapa mendapat istri, mendapat sesuatu yang baik dan ia dikenan Tuhan” -Amsal 18 : 22

2012/08/08

Why God Created Woman from the Man's Rib?

Aku dapatin article ini dari sebuah grup,, "Wise Woman in God (Facilitator)"...
http://www.facebook.com/group.php?gid=66006036868
Brothers n sisters,,, let's learn more about what we are in His eyes :)
GBU all ^^


It’s amazing how God made man, and so beautiful how he made woman! Why did God create Woman from Man’s rib, when He could have simply created her from dust, as He did Man? This is a story that puts a beautiful touch on the reasoning:

“When I created the heavens and the earth, I spoke them into being. When I created man, I formed him from the dust of the Earth and breathed life into his nostrils. But you, woman, I fashioned after I breathed the breath of life into man because your nostrils are too delicate. I allowed a deep sleep to come over him so I could patiently and perfectly fashion you. Man was put to sleep so that he could not interfere with the creativity. From one bone I fashioned you. I chose the bone that protects man’s life. I chose the rib, which protects his heart and lungs and supports him, as you are meant to do.”

“Around this one bone I shaped you. I modeled you. I created you perfectly and beautifully. Your characteristics are as the rib, strong yet delicate and fragile. You provide protection for the most delicate organ in man, his heart. His heart is the center of his being; his lungs hold the breath of life. The rib cage will allow itself to be broken before it will allow damage to the heart. Support man as the rib cage supports the body.”

“You were not taken from his feet, to be under him, nor were you taken from his head, to be above him. You were taken from his side, to stand beside him and be held close to his side. You are my perfect angel. You are my beautiful little girl. You have grown to be a splendid woman of excellence, and my eyes fill when I see the virtue in your heart. Your eyes: don’t change them. Your lips: how lovely when they part in prayer. Your nose so perfect in form, your hands so gentle to touch. I’ve caressed your face in your deepest sleep; I’ve held your heart close to mine. Of all that lives and breathes, you are the most like me.”

“Adam walked with me in the cool of the day and yet he was lonely. He could not see me or touch me. He could only feel me. So everything I wanted Adam to share and experience with me, I fashioned in you: my holiness, my strength, my purity, my love, my protection and support. You are special because you are the extensionof me.”

“Man represents my image, woman - my emotions. Together, you represent the totality of God. So man, treat woman well. Love her, respect her, for she is fragile. In hurting her, you hurt me. What you do to her, you do to me. In crushing her, you only damage your own heart, the heart of your Father and the heart of her Father. Woman, support man. In humility, show him the power of emotion I have given you. In gentle quietness show your strength. In love, show him that you are the rib that protects his inner self.”



Made on June 30th 2010 :)

Sebuah Kisah Tentang Tiram


 Di dasar laut yang dalam itu, terdapat beberapa tiram, akulah salah satunya. Sesekali aku harus membuka diriku karena aku tidak mungkin terus menerus menutup diriku. Namun setiap kali aku membuka diriku, butiran-butiran pasir yang terbawa ombak laut ikut masuk ke dalam tubuhku.
           Pasir-pasir itu cukup besar bagiku, mengenai daging dalam tubuhku dan itu sangat menyakitkan! Namun aku tidak mempunyai tangan untuk mengeluarkan pasir itu dari dalam tubuhku… Satu-satunya hal yang bisa aku lakukan adalah mengeluarkan sebuah cairan dari dalam tubuhkan, yang seringkali disebut nacre.
           Cairan itu membantu membalut pasir-pasir yang masuk ke dalam dagingku dan itu membuatnya menjadi tidak terlalu sakit lagi. Tetapi aku tetap harus membuka diriku sesekali. Akhirnya, aku mencoba membuka diriku lagi. Tidak! Pasir yang lain kembali masuk ke dalam tubuhku dan mulai menyakitiku lagi… Sekali lagi, tubuhku mengeluarkan cairan nacre dan membalut pasir yang baru masuk kembali ini.
           Aku sangat takut untuk membuka diriku lagi… Aku takut kalau sampai ada pasir lagi yang masuk ke dalam tubuhku sebab itu sangat menyakitkan! Aku berkata kepada Ayahku yang berada di sampingku saat itu.
           “Ayah, setiap kali aku mencoba membuka diriku, pasir selalu masuk ke dalam tubuhku dan menyakitiku. Rasanya aku sangat takut untuk membuka diriku lagi. Bolehkah aku pindah dari laut yang ini dan pindah ke laut yang lain?” aku bertanya kepada Ayahku.
           Ayahku tersenyum dan berkata, “Nak, meskipun kamu berpindah ke laut yang lain, akan selalu ada pasir-pasir disana.”
           “Kalau begitu, bisakah selamanya aku hidup tanpa perlu membuka diriku lagi?” aku bertanya lagi kepada Ayahku.
           “Nak, jika kamu tidak ingin membuka dirimu lagi, kamu sesungguhnya bisa melakukannya. Tetapi tahukah kamu, tujuan hidup sebuah tiram? Ia akan melahirkan mutiara-mutiara yang indah, tetapi itu hanya bisa terjadi ketika pasir-pasir itu masuk ke dalam tubuhmu dan dibalut oleh nacre.” Ayahku menjawab lagi.
           Aku masih bersikeras, “Tetapi menyakitkan, Ayah, ketika pasir itu masuk ke dalam tubuhku…”
           “Memang menyakitkan, Nak. Tetapi hanya dengan cara itulah mutiara itu dapat terbentuk. Kamu bisa memilih untuk nyaman dengan tidak membuka dirimu sama sekali, dan tidak akan ada pasir yang menyakitimu. Namun saat kamu memilih untuk menutup dirimu, fungsimu sebagai tiram tidak akan maksimal… Sebab kamu diciptakan untuk menghasilkan mutiara-mutiara yang indah, tidak hanya menjadi seonggok karang yang terlihat kuat namun menjadi ‘mati’.” Ayah menjawabku dengan kata-kata yang begitu lembut.
           Aku tertegun sejenak dan pada akhirnya aku berkata, “Adakah jaminan bahwa mutiara itu akan benar-benar terbentuk menjadi indah di dalam diriku?”
           Ayah tersenyum, “Ya Nak, asalkan kamu membiarkan pasir itu masuk dan terus dibalut oleh nacre dan menjadikannya mutiara yang indah.”
           Pada akhirnya, aku menerima bahwa akan ada saatnya pasir-pasir itu masuk dan menyakitiku… Meski awalnya menyakitkan, aku tahu nacre akan selalu keluar dari tubuhku dan akan membalut kesakitan itu, hingga akhirnya akan membentuk mutiara yang indah. Dan tujuanku hidup akan tercapai dengan lahirnya mutiara-mutiara yang indah itu.


Women of God, demikianlah hidup kita…

Pasir-pasir yang masuk ke dalam tubuh tiram ini bisa berarti banyak hal. Bisa berarti orang-orang yang dengan atau tanpa sengaja menyakiti kita, masalah-masalah yang harus kita hadapi, masa lalu dan pengalaman-pengalaman buruk yang kita alami, mimpi-mimpi yang sempat kandas, dan lain-lain.

Apakah bedanya tiram yang masih hidup dan tiram yang sudah mati? Tiram yang mati akan diam saja ketika pasir-pasir memasuki tubuhnya dan akhirnya pasir itu hanya menjadi tumpukan pasir. Namun ketika tiram yang hidup itu kemasukan pasir, ia akan mulai mengeluarkan zat nacre dari dalam dirinya. Apa sajakah zat nacre itu?

Zat nacre itu bisa berupa banyak hal. Namun, ketika aku membuat tulisan ini, ada 3 hal yang muncul; iman yang semakin teguh di dalam Tuhan, pengharapan akan janji-janji Tuhan bagi hidup kita, hingga memunculkan kasih yang besar kepadaNya, sebab kita tahu, apapun keadaan kita, Tuhan tetap-lah Allah yang begitu baik dalam kita.

Imanlah yang membuat kita semakin kuat dan teguh menanti-nantikan Tuhan di dalam segala hal yang kita hadapi (Yak 1:2-3) sebab kita tahu, Dia tidak akan pernah meninggalkan kita. Pada akhirnya, ketekunan yang timbul oleh iman inilah yang akan menghasilkan pengharapan, dan pengharapan tidak mengecewakan. (Rm 5:1-5). Dan pada akhirnya, akan memunculkan kasih yang lebih dalam lagi kepada Tuhan, sebab kasih yang terbesar di antara ketiganya (1 Kor 13:13). Di saat iman dan pengharapan kita seperti tidak membuahkan hasil, pengertian bahwa Tuhan mengasihi kita dan kasih kita kepada Tuhan yang akan membuat kita tetap bertahan dan percaya, bahwa iman dan pengharapan kita kepadaNya tidak akan mengecewakan.

Dan apakah mutiara-mutiara yang akan dihasilkan itu? Mutiara itu bisa berupa karakter yang diubahkan, destiny yang kita capai, panggilan-panggilan dalam hidup kita, dan lain-lain. Membentuk karakter dan dimurnikan bukanlah hal yang mudah, ada kalanya itu membutuhkan proses yang ‘memaksa’ kita sehingga kita pun terbentuk. Seperti sebuah kayu yang sedang diasah dengan amplas, mungkin menyakitkan, tetapi akan menjadikannya halus. Seperti sebuah emas yang dibakar, mungkin menyakitkan dan panas, tetapi akan menjadikannya murni.

Setiap kita memiliki masa lalu yang berbeda-beda. Ada kalanya masa lalu itu begitu menyakitkan dan membuat kita takut. Namun apakah itu akan membuat kita selamanya menutup diri kita?

Seperti apapun masa lalumu, apa yang pernah kamu lalui, apa yang saat ini kamu sedang hadapi, meski itu adalah pasir-pasir yang menyakitkan bagimu, percayalah bahwa pasir-pasir yang akan terbungkus oleh nacre itu akan menghasilkan serangkaian mutiara yang indah dalam hidupmu. Rise up and live your life to the fullest, menghasilkan rangkaian mutiara-mutiara yang indah. Tetaplah percaya dan jangan takut menghadapi setiap proses itu.
GBU all… ;)